Malam ini aku kembali
terjaga, kesal. Teringat ini adalah malam ketiga aku tak bias tidur normal.
Entah apa masalahnya, tiba-tiba aku terserang insomnia akut ini. Kucoba kembali
memejamkan mata, bahkan kututupi dengan bantal, tetap saja hasilnya nihil.
Berbagai cara telah kulakukan, ganti posisi tidurlah, nginap di kamar kawan,
tidur di sofalah, tapi tak ada cara yang berhasil. Akhirnya aku mulai menyerah,
mungkin memang bukan kesempatanku untuk tidur.
Kulirik weker di meja samping ranjangku, jarum pendeknya mendekati angka dua
dan jarum panjangnya di angka delapan. Jam dua kurang dua puluh menit, lewat
tengah malam. Waktu tidur yang paling nyenyak tapi tidak terjadi padaku. Aku
bersandar di sisi ranjang, kuajak teman terbaikku berdiskusi, tentang bagaimana
menemukan kembali cara untuk tidur dengan cepat. Kuambil diary hijau muda kesayanganku. Kubolak- balik mencari halaman yang
kosong, hanya tinggal beberapa halaman lagi. Aku berhenti. Tertarik hatiku
untuk membaca ulang “Kisah Tentang Luka”
yang kutulis lima malam yang lalu, lima malam yang penuh pengorbanan.
Minggu malam, 10 Oktober 2011
Kamar kos,
kamar bahagia juga penuh duka lara
Argh…!!!
Apa sih maunya dia?! Selalu aja buat orang saket hati.
Ga punya perasaan apa?! Sukak kali ngata- ngatain orang.
Kayak dia udah sempurna aja.
Iiih… kesel kali aku lihat dia!.
Huft…!!!
Ga boleh kek gitu!. Kalo ngerasa ga
enak ma kawan bilang aja langsong baek- baek ma orang yang
bersangkutan. Ia sih, untuk ngelakuinnya tu susah. Tapi itu lebih
baik dari pada kita ‘makan hati’ ditambah kita maki-makiin dia lagi, udah
sakit hati tambah dosa lagi.
Iiih, rugi kali tu!!!
Jadilah kita orang
yang memulai memperbaiki hubungan, meskipun bukan kita yang salah. Jangan
tunggu dia minta maaf duluan. Memaafkan sebelum dimintai maaf adalah perbuatan
mulia lho!. Lagian kalo kita berlaku baik ma dia, dia akan jera untuk jahilin kita lagi.
Hidup ini adalah ladang
kesabaran yang tak terbatas. Kalo
kita punya sedikit ladang, kita akan mati ditelan waktu. Orang akan terus maju
dengan ladang kesabarannya yang luas, sedang kita ga ada modal.
Ya udah,,,! Sabar- sabar aja lah dalam hidup ni. Ga
dapat banyak di dunia, insyaallah diganti Allah di akhirat.
Tenang aja,,, Allah Maha Adil kok…!J
Senyumku pun
merekah, inilah yang sebenarnya kubutuhkan. Berdialog dengan hati nuraniku.
Terjawab sudah kegalauan hatiku di tiga malam terakhir ini. Hati yang galau
karena belum saling memaafkan. Ternyata nuraniku telah menjawab sebelum aku
menjalaninya. Allah sungguh luar biasa!, ia menciptakan hati begitu dahsyatnya,
muara semua kebaikan. Terpikir olehku, jika orang berbuat jahat atau membalas
kejahatan dengan kejahatan, dialah orang yang tidak mengenal dirinya sendiri.
Karna bagaimanapun, hakikat hati ini tetap memberontak untuk melakukan hal yang
tidak baik. Harus dipertanyakan jati diri seseorang yang tidak mengenal dirinya
sendiri.
Sedang asyik
aku memikirkan kebenaran hati ini, tiba- tiba handphoneku berbunyi. Suara kodok bersahut- sahutan, tanda ada sms masuk. Kusentuh layarnya, tampak
olehku nama pengirim pesan, dari Kak Rina. Segara kusentuh kata open di sudut
kiri layar hp-ku.
From: Kak Rina
To: Dek Tia
Mlm, sayang. Moga
mimpimu indah mlm ni. Sori ya, k2k udah jarang tlpn km, k2k btol2 sbik. Tau
deh, sbuk or sok sbuk smpe’ adk sndri ga d tlpn lg. tp tnang ja, doaku sllu ad
ntukmu. moga kriman k2k brmnfaat bgmu. Kira2 bsok smpe’, k2k krm lwt ‘tiki’. O
ya, skdr info, jogja baek2 ja ni, moga aceh lbih baik ntukmu. Love u 4ever…
Subhanallah…
Allah selalu punya rencana yang baik untuk hambanya. Kuletakkan hp-ku di tempat semula dengan senyum
mengembang. Kucoba untuk berbaring, semoga malam mengantarku lebih awal untuk berjumpa dengan senyuman mentari esok
pagi.
***
“Tok…tok…tok… Tia
bangun!. Ada kiriman ni. Kamu harus tanda tangan dulu, sayang ni pegawai
‘tiki’-nya udah lama tungguin kamu.”
Terdengar suara Diah, tetangga kamarku.
“Ia…ia…ia…”
jawabku gaduh. Ternyata aku tertidur kembali selepas shalat subuh, masih
lengkap dengan mukena. Kemudian aku keluar menjumpai pegawai ‘tiki’ yang
mengantar kirimanku dan langsung kutandatangani kertas yang disodorkan kepadaku
sebagai tanda penerimaan.
“Terima
kasih, Pak.”
“ya,
kembali kasih.” Pegawai itu pergi sembari tersenyum pada kami.
Aku pun
kembali ke kamar. Kubuka pita kuning yang mengikat kado coklatku. Kudapati
sebuah mukena berwarna merah, lembut. Ada sebuah buku diatasnya, bercover
hitam. Tergores diatasnya “Dalam Dekapan Ukhuwah” oleh Salim A. Fillah. Kubuka
halaman daftar isinya, tertera banyak mozaik. Aku penasaran dengan sebuah judul
yang sama dengan judul di diaryku, ”
Kisah Tentang Luka”. Kubalik ke halaman yang tertcantum. Aku mulai membaca.
menghadapi orang sulit selalu merupakan
masalah
terutama jika orang sulit itu adalah diri
kita sendiri
jika kita merasa bahwa semua orang
memiliki masalah dengan kita,
tidakkah kita curiga bahwa diri kita
inilah masalahnya?
Aku terhenyak.
Kata-kata ini betul-betul menghantamku. Tak peduli untuk siapa saja, kata
mutiara ini memang benar. Tidak ada waktu lagi untuk menyalahkan orang lain,
karena yang bersalah ada dalam diri sendiri, diri kerdil ini. Yang tak mengerti
arti cinta hakiki, cinta para pengikat ukhuwah sejati…
Written by : Nia "Si Anak 95"
Comments
Post a Comment