Sayutan angin di malam hari, mengingatkanku tentangmu. Kasih yang kau tebarkan untuk yang kau cintai dan sayangi. Bagiku dirimu adalah sosok laki-laki hebat, pemuda yang gagah, berani dan tampan. Kaulah pelindung jiwaku, kaulah penyelamatku disaat aku terjatuh, dengan cinta dan pilu kasih yang kau khawatirkan jika aku sakit. Bagiku kau adalah senjata kehidupanku, melindungiku dalam kondisi apapun dan kapanpun. Kau rela mengorbankan dirimu hanya demi anakmu. Yaa..masa kecil itu, aku merasakan cinta dan kasih sayangmu. Namun usiaku dan usiamu beranjak untuk bertambah, kedewasaan menyelimutiku. Dan hari tua pun akan menyapamu, masa kecil disaat aku senang dengan gurauanmu, celoteh tanganmu, cerita-ceritamu, sentuhan manjamu, dan sekian kisah cinta dan kasihmu itu juga dongeng-dongeng yang membangkitkan jiwa sosialku yang selalu hadir menemani tidurku. Yah, aku sedang sedikit mengukir kisah tentang dirimu, Ayahku.
Ayah...
Dengarlah
pinta dari janji kesuksesanku ini, dengarlah pinta kerinduan hatiku ini.
Kerinduan yang kurajut selama jemarimu tak dapat ku gengam lagi, namun
percayalah nanti disaat rajutan itu selesai akan kupersembahkan kebahagiaan
untukmu memiliki anak sepertiku. Hasil didikanmu sejak aku ditiupkan ruh di
dalam kandungan istri tercintamu. Ayah tidak suka meneteskan air mata. Disaat
kau mendengar kelahiran anakmu dan mendengar anakmu menangis untuk pertama
kalinya, kau bahagia dan sangat senang hingga ada tetesan yang membasahi pipimu
(tapi ini bukan nangis). Ketika aku masih kecil kau memelukku untuk mengusir
rasa kegundahanmu dan ketakutanku.
Ayah.. kau adalah sosok pria yang
selalu bisa menenangkan jiwa anak-anakmu. Kau selalu ada disaat aku terpuruk,
menangis, dan sakit. Kau selalu datang membawa sejuta semangat yang
membangunkanku dari tidurku untuk menghadapi hari esok dengan semangat baru
darimu.
Ayahku
sayang...
Hati
ini rindu akan kehadiranmu disini, aku tanpamu bagaikan kertas putih yang hampa
tak ada warna-warni kehidupan yang kulukiskan..
Aku
bersyukur Allah memilihmu menjadi ayahku, dan aku bangga memiliki pria yang
kuat dan tangguh sepertimu. Ayah yang selalu mengajariku dalam segala hal,
dengan cintanya hingga aku perlahan-lahan mulai mengenal ini dan itu.
Maaf
Ayah, anakmu ini belum mampu memberikan kebahagiaan seperti kebahagiaan yang
engkau berikan dulu hingga sekarang. Ayah, setiap waktu aku mendoakanmu dan
ibuku (wanita pilihanmu) saat ini hanya hal itu yang mampu kulakukan, termasuk
aku harus menjaga diri karena kutahu Ayah di sana pasti gundah dan gelisah
padaku setiap harimu. Aku juga berusaha menjaga hati dan imanku, agar aku tak
tergoyahkan dengan kenikmatan duniawi. Walau bagaimanapun, kehidupanku ini
harus kupertanggungjawabkan nantinya dihadapan Allah. Ayah, kutahu setiap waktu
kau selalu mendoakan yang terbaik untukku. Begitupun kau selalu rindu pada
satu-satunya anak gadismu ini.
Ayah...
Aku rindu.
Comments
Post a Comment