Skip to main content

Dokter Bedah Termuda


Wawancara dokter bedah termuda di dunia Akrit Jaswal oleh presenter ternama Amerika Serikat Oprah Winfrey tiga tahun lalu "Saya ingin selalu membantu sesama manusia dan menjalankan sumpah seorang dokter. Saya ingin menjadi dokter yang baik karena saat ini banyak dokter yang sudah melenceng dari profesionalitasnya."

Akrit sangat ingin menjadi seorang dokter yang bisa menyelamatkan banyak orang dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Sepuluh tahun lalu di India dikejutkan oleh kepintaran seorang anak berusia tujuh tahun yang sukses membedah manusia. Anak itu bernama Akrit. Ia melakukan operasi pembedahan untuk memisahkan jari-jari yang terbakar dan menyatu seorang anak perempuan berusia sembilan tahun. Dan, operasi itu berjalan sukses.


Arkit mengatakan "Pada saat itu, ada seorang gadis kecil yang berasal dari keluarga kurang beruntung datang ke rumah saya. Keluarga gadis itu meminta saya membedah jari-jari tangannya yang sudah menyatu. Awalnya, ibu saya ragu. Namun, saya mencobanya dan itu berhasil. Niat saya bukan ingin memecahkan rekor tetapi membantu sesama,".

Dalam membedah itu Hasil operasi Akrit diakui para dokter bedah India. Mereka pun mengaku tidak menyangka ada anak berusia tujuh tahun yang bisa mengoperasi manusia dengan sangat rapi dan baik. Akrit memang melakukan pembedahan di bawah pengawasan seorang dokter bedah yang berasal dari desanya. Kesuksesan operasi itu membuat Akrit terkenal ke seluruh penjuru Desa Himachal, Pradesh, India. Warga berbondong-bondong meminta resep dokter dan pengobatan. Dan, semua pasien Akrit merasa puas dengan penanganan dokter cilik itu.

Menurut mereka, cara penyembuhan Akrit lebih baik ketimbang dokter yang ada di wilayah itu. Meski Akrit dikenal sangat cerdas dan luar biasa, bocah ajaib itu tidak diakui kepintarannya oleh pemerintah India. Ayahnya pun berjuang keras selama enam tahun agar ide-ide mengenai dunia medis yang dilontarkan sang putra pada setiap kesempatan tidak dibajak orang lain. Lalu, bagaimana bisa Akrit melakukan operasi pembedahan saat usianya masih tujuh tahun?

Mengejutkan lagi ternyata, Akrit seorang anak indigo dengan tingkat kecerdasan 146 saat masih berusia tujuh tahun. Ia belajar membedah secara otodidak dengan melihat cara kerja seorang dokter bedah di sebuah rumah sakit. Menurut ibunya Raksha Kumari Jaswal, kejeniusan Akrit sudah terlihat sejak ia masih balita. Tidak seperti kebanyakan bayi pada umumnya, remaja kelahiran 23 April 1993 itu sudah dapat berbicara pada usia 10 bulan.

Ajaibnya, dia mampu membaca dan mengerti buku karangan Williams Shakespeare saat masih berusia lima tahun. Ide Mengobati Kanker Saat berusia lima tahun, Akrit juga membuat dunia kedokteran di wilayahnya tercengang dengan ide-idenya mengobati penyakit kanker, yaitu dengan terapi gen. Ia pun diperbolehkan hilir-mudik di rumah sakit tempat orangtuanya bekerja sebagai dokter. Akrit masuk ke sekolah dasar pada umur lima tahun, dan setahun kemudian dia mengajar Matematika dan Bahasa Inggris di sekolahnya. Ia pun belajar tentang anatomi tubuh manusia lewat buku-buku seperti Gray’s Anatomy. Selain itu, dia juga mempelajari buku pelajaran bedah, anestesi, fisiologi, kanker, dan lain-lain.

Arkit Berkata "Saya membaca buku-buku itu setiap hari sejak berusia enam tahun. Saya membiasakan diri membaca buku-buku tersebut selama satu jam sehari,". Ajaibnya, Akrit bisa menyelesaikan sekolah dasar hingga tingkat atas hanya dalam usia enam tahun. Saat berumur 12 tahun, ia mengambil gelar sarjana muda di jurusan Botani, Kimia, dan Zoologi di Universitas Punjab saat berusia 12 tahun.

Arkit pun mendapat undangan dari Imperial College di London untuk memberikan ceramah mengenai penanganan penyakit kanker. Akrit mengatakan ia memiliki jutaan ide medis, khususnya tentang pengembangan obat kanker. “Saya telah mengembangkan konsep yang disebut terapi gen lisan berdasarkan penelitian dan teori-teori saya. Saya cukup berdedikasi terhadap bekerja pada mekanisme ini. Sebenarnya, kanker bisa sembuh dengan cepat melalui terapi gen yang benar,” katanya.

Dedikasinya akan penyakit mematikan ini dibuktikannya dengan menjadi tim dokter peneliti obat kanker di Imperial College. Akrit mengatakan, ia ingin membantu pasien kanker yang kurang mampu yang ada di India dan di dunia. Menurutnya, ada banyak pasien kanker yang tidak mendapat penanganan layak karena tidak mampu membayar pengobatan.

“Saya sudah pergi ke rumah sakit sejak usia 6 tahun dan telah melihat langsung orang yang menderita sakit kanker. Saya merasa sangat sedih, dan jadi itu motif utama mengapa saya menyukai tentang obat-obatan, terutama keinginan menyembuhkan obat utama kanker,” katanya. Kini, Akrit menorehkan namanya di jajaran ilmuwan muda berbakat dunia. Meski banyak dokter dan ilmuwan Eropa yang masih meragukan kejeniusannya, ia berusaha membuktikan diri dengan program penelitian obat kanker yang kini tengah digelutinya.

Akrit kini juga menulis di sejumlah jurnal kesehatan dan kedokteran di India. Tulisan dan nasihat kesehatannya sangat diyakini banyak orang di negeri yang dialiri Sungai Gangga itu. Banyak orang mengaku nasihat kesehatan Akrit sangat mujarab. Ia pun dinilai sebagai seorang reinkarnasi seorang dokter hebat dari masa lalu.

Comments

Popular posts from this blog

Sejarah Meulaboh, “…di siko lah kito belaboh… “

Meulaboh, Kota yang pernah terkenal karena bencana tsunami 2004 yang meluluh lantakkan sebagian besar kehidupan sosial dan infrastruktur kotanya. Kini Meulaboh hadir sebagai kota yang tengah membangun, membangun kembali jati dirinya sebagai sebuah kota yang mempunyai sejarah panjang sebagai salah satu identitas keberagaman yang ada di Aceh. Meulaboh juga kembali hadir sebagai sebuah kota yang ingin merubah pandangan dari kota penuh mistik menjadi kota penuh karakteristik.. dan pastinya Meulaboh juga hadir dalam deretan tulisan saya mengenai Aceh . Setelah mendapat respon yang positif dari tulisan Banda Aceh (Menyusuri Sejarah kota Banda Aceh) , Lhokseumawe (Lhokseumawe, Sejarah dan Kenangan yang Terlupakan) , Lamno (Pesona Lamno, Pesona Wanita Bermata Biru) dan Sabang (Sabang, dari Nol Kilometer, hingga Jutaan Keindahan) . Kini penelusuran sejarah akan menjejakkan kaki dan penanya ke sebuah kota tempat lahirnya Sang Pahlawan, Teuku Umar. Setelah membuka 3 buah buku tentang se

Era Modern Pola Pikir juga Berubah

Di era kehidupan modern sekarang siapa sih remaja yang nggak kenal dengan “pacaran”??         Yaah, pastinya hal ini sangat akrab dengan dunia remaja. Dulu di jaman saya masih SD saya belum mengerti dan mengenal pacaran itu seperti apa, tapi beda banget dengan jaman sekarang bukan hanya anak SD saja tapi anak-anak yang masih duduk di Taman Kanak-kanak pun sudah tahu pacaran itu apa dan seperti apa. Kalau bisa ditelusuri saya ingin tahu siapa sebenarnya yang menjadi provokator tentang pacaran dikenal oleh anak-anak yang di bawah umur, tapi kita nggak bisa langsung mencetuskan si A dan si B atau bahkan si C juga si D. Mungkin kita hanya bisa menyalahgunakan teknologi dan lingkungan. Ini hanya sebuah paradigma umum saja orang-orang meyalahkan. Tapi sebenarnya simple saja, banyak yang berpacaran mereka hanya mengikut trend saja. Mereka tidak melihat dampak dari sesudah berpacaran tersebut. Jadi, siapa juga yang harus disalahkan sebenarnya? Tak ada yang salah, hanya ilmu yang mereka p

Kenangan Lama

Tetap saja ketika tempat itu kulalui kenangan kita tak pernah mudah terhapus begitu saja dari ingatanku. Beberapa titik dari setiap ruang selalu saja menjadi primadona tersendiri untuk menebar senyum tipis diraut wajahku. Terbekas memang, meski kenangan bersama orang lain pernah kulalui tapi ini berbeda dengan cara kita berdua menikmati kota. Aku suka rindu datang ke sini, aku kadang suka mengulang adegan kecil yang mengundang tawa antara kita. Aku terlalu suka merasuk pada kenangan lama itu. Bagiku itu menjadi buah rinduku, mungkin. Entah apa sebabnya. Mungkin karena kamu begitu nyata, begitu banyak hal yang merubahkan sikapku padamu. Aku hingga lupa, bagaimana keadaan kita sebelumnya. Dulu tak secanggung hari kemarin. Suatu malam sebuah pesan ingin bertemu sampailah pada handphoneku. Kukabulkan malam itu, walau sebenarnya tak terlihat jelas alasan kuat apa untuk bertemu. Mungkin sebagai penebus rasa. Aku datang, kau pun begitu. Yang kugambarkan dari pertemuan itu adalah kikuk